OWSLA Bangkit Lagi
Kehadiran “Fuze” juga menandai kembalinya aktivitas OWSLA, label yang didirikan Skrillex pada 2011 dan sempat dianggap “mati suri”.
OWSLA dulu dikenal sebagai rumah bagi para produser yang mendorong batas musik elektronik, dari Zedd dan Porter Robinson hingga What So Not dan Kill The Noise.
Meski album terakhir Skrillex — Quest for Fire dan Don’t Get Too Close (2023) — tetap melibatkan OWSLA, label itu sendiri hampir tak aktif beberapa tahun terakhir.
Kini, perilisan “Fuze” memunculkan spekulasi bahwa Skrillex tengah menyiapkan kebangkitan penuh OWSLA untuk gelombang baru bass music global.
BACA JUGA : Bring Me The Horizon, Kuartet Rock Inggris yang Terus Mendobrak Batas Genre
Antara Nostalgia dan Revolusi
Bagi penggemar lama, “Fuze” adalah nostalgia yang meledak — suara yang dulu mengubah wajah festival dunia.
Bagi pendengar baru, lagu ini memperkenalkan kembali kekacauan indah yang dulu membuat nama Skrillex jadi sinonim dengan energi ekstrem dan kebebasan kreatif.
“Fuze” bukan hanya lagu comeback, tapi simbol transisi generasi — antara masa lalu yang melegenda dan masa depan yang sedang dibentuk.
Jika ini awal dari babak baru Skrillex dan OWSLA, dunia EDM mungkin sedang bersiap menyambut gelombang kedua revolusi bass.***






