Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) masih menunggu hasil rukyatul hilal dan sidang isbat pemerintah untuk menetapkan awal Ramadhan. NU menggunakan metode rukyatul hilal bil fi’li, yaitu pengamatan langsung terhadap hilal untuk memastikan awal bulan hijriah.
Mengapa Awal Puasa di Indonesia Bisa Berbeda?
Perbedaan penetapan awal Ramadhan di Indonesia sering kali terjadi karena perbedaan metode yang digunakan:
Pemerintah dan NU mengandalkan rukyatul hilal, yaitu pengamatan bulan sabit pertama secara langsung. Jika hilal tidak terlihat, bulan Syaban digenapkan menjadi 30 hari.
Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki wujudul hilal, yaitu perhitungan astronomi yang menetapkan awal bulan hijriah jika hilal sudah berada di atas ufuk saat matahari terbenam.
Meski perbedaan ini terjadi setiap tahun, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan saling menghormati keputusan yang diambil oleh masing-masing pihak.
Dengan adanya sidang isbat, umat Islam di Indonesia diharapkan mendapatkan kepastian resmi mengenai awal Ramadhan 2025 sehingga dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan penuh kesiapan.***