BeritaBandungRaya.com — Harga Bitcoin kembali menunjukkan volatilitas ekstrem di awal April 2025. Aset kripto terbesar di dunia ini terperosok di bawah ambang psikologis US$75.000, di tengah badai geopolitik dan ekonomi yang dipicu oleh kebijakan proteksionis terbaru dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Kondisi ini menciptakan kekhawatiran luas akan potensi resesi global. Investor global secara masif melepas aset-aset berisiko, termasuk saham dan mata uang kripto. Dalam waktu singkat, pasar keuangan global mencatat kerugian triliunan dolar, menandai salah satu pekan terburuk sejak krisis pandemi.
Data CoinMarketCap menunjukkan bahwa Bitcoin sempat menyentuh level tertinggi di US$83.700 sebelum jatuh ke titik terendah harian di kisaran US$77.000. Sementara itu, nilai tukarnya saat ini masih tertahan di angka US$78.800 dengan kapitalisasi pasar turun drastis menjadi sekitar US$1,56 triliun.
Gejolak ini tidak hanya berdampak pada Bitcoin. Aset kripto lain seperti Ethereum (ETH), XRP, dan Solana (SOL) juga mengalami koreksi tajam antara 11% hingga 12%. Kapitalisasi pasar kripto global terkikis lebih dari 6%, menyisakan nilai sekitar US$2,51 triliun.
Pelemahan yang terjadi bukan hanya di pasar aset digital. Di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah ikut melemah hingga menembus Rp16.822 per dolar AS. Fenomena ini sejalan dengan tren pelemahan sejumlah mata uang Asia lainnya akibat tekanan ekonomi global.
Bitcoin Tertekan, Sinyal Resesi Makin Kuat
Kondisi pasar yang goyah ini dipicu oleh keputusan Presiden Trump yang secara sepihak memberlakukan tarif impor besar-besaran kepada sejumlah negara mitra dagang utama, termasuk Tiongkok, Eropa, bahkan Indonesia. Langkah ini menyalakan kembali kekhawatiran akan pecahnya perang dagang global jilid dua.