“Aku merasa sudah di puncak, punya klinik besar, bisnis sukses, keluarga harmonis, tapi tetap ada yang kurang. Aku merasa tujuan hidupku hanya dunia semata. Kebetulan ada yang membimbing, dan itu mengubah hidupku,” jelasnya.
Selain itu, program podcast “Download” yang ia buat bersama Ustaz Felix Siauw dan Yong Lex juga turut berperan dalam perjalanan spiritualnya. Dalam program tersebut, ia banyak belajar tentang ajaran Islam dan menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi masalah.
BACA JUGA: Rame Rame Market: Ruang Ekspresi dan Kolaborasi Kreatif di Bandung
Menolak Isu Mualaf Demi Popularitas
Dr. Richard Lee menegaskan bahwa keputusannya untuk menjadi mualaf bukan untuk mencari ketenaran. Bahkan, selama dua tahun terakhir, ia memilih untuk tidak mengumumkan keputusannya ke publik.
“Kalau aku mencari popularitas, mungkin dari tahun lalu sudah aku umumkan. Tapi ini kan nggak. Aku juga nggak ada niat bicara ini ke media, ini kan urusan aku sama Tuhan,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa menjadi muslim bukan hanya sekadar pengakuan verbal, tetapi juga harus dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Yang penting bukan hanya mengaku Islam, tapi bagaimana kita salat, bersedekah, dan memberikan manfaat bagi agama dan sesama. Aku ingin tunjukkan karyaku sebagai bentuk konsistensi dalam Islam,” pungkasnya.
Kisah perjalanan spiritual dr. Richard Lee menjadi inspirasi bagi banyak orang. Keputusannya menjadi mualaf dan tetap menjaga hubungan baik dengan keluarganya menunjukkan bahwa toleransi dan keyakinan bisa berjalan berdampingan dengan penuh penghormatan.***