Proses evakuasi korban berlangsung dramatis dan penuh tantangan. Koordinator Basarnas Unit Siaga SAR Borobudur, Basuki, mengungkapkan, evakuasi berlangsung hingga 13 jam karena medan yang sangat sulit dan area yang sempit.
“Selasar kamar mandi sempit, kurang dari satu meter lebarnya. Fondasi yang tebal membuat kami harus ekstra hati-hati agar tidak memperparah kondisi korban yang terjepit,” kata Basuki, Sabtu dini hari.
Untuk menghindari risiko tambahan, Basarnas tidak menggunakan alat berat dalam evakuasi. Mereka menerapkan teknik urban search and rescue (urban SAR) menggunakan alat-alat manual agar tanah di sekitar lokasi tidak semakin labil.
Dari total 29 santri yang menjadi korban, 4 dinyatakan meninggal dunia. Adapun 16 santri lainnya menjalani rawat inap di rumah sakit, sementara 9 santri lainnya mendapat perawatan rawat jalan.
Empat santri yang meninggal dunia dalam tragedi ini adalah Wildan dari Surabaya, Reyfhan Hafidz dari Tangerang, Bima Arya dari Surabaya, dan Fadhil Hanafi dari Depok. Seluruh korban luka maupun meninggal dunia dievakuasi ke RSUD Merah Putih Magelang.
BACA JUGA: Persib Bandung vs PSS Sleman: Misi Maung Bandung Juara Berlanjut, Elang Jawa Bertaruh Nasib di GBLA
Direktur RSUD Merah Putih, Leli Puspitowati, menjelaskan bahwa sebagian besar korban luka mengalami cedera berat, termasuk patah tulang dan luka pada organ vital akibat tertimpa reruntuhan beton.
Kementerian Agama Republik Indonesia turut menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah yang menimpa Pondok Modern Gontor 5 ini. Direktur Pesantren Kemenag RI, Basnang Said, mengungkapkan belasungkawa melalui laman resmi Kemenag.