BeritaBandungRaya.com – Nama XXXTentacion masih bergema di dunia musik meski enam tahun telah berlalu sejak kematiannya. Rapper bernama asli Jahseh Dwayne Ricardo Onfroy itu meninggalkan jejak yang tak terlupakan lewat musiknya yang jujur, kelam, dan emosional — sekaligus kisah hidup yang penuh gejolak.
Ia dikenal bukan hanya sebagai musisi, tapi juga sebagai simbol generasi muda yang berjuang melawan depresi dan tekanan mental, di tengah ketenaran yang datang terlalu cepat.
BACA JUGA : Bring Me The Horizon Ungkap Sisi Gelap dan Personal Lewat Lagu “LosT”
Masa Muda yang Penuh Luka
Jahseh Onfroy lahir di Florida pada 23 Januari 1998. Masa kecilnya diwarnai konflik dan pergulatan batin sejak dini. Pada usia 13 tahun, ia didiagnosis menderita gangguan bipolar, kondisi yang kemudian banyak memengaruhi tema liriknya di masa depan.
Di usia remaja, ia sempat berurusan dengan hukum karena kepemilikan ganja dan perampokan, membuatnya ditahan di pusat rehabilitasi dan tahanan remaja. Di tempat inilah ia bertemu rapper Ski Mask the Slump God, sahabat sekaligus kolaborator yang menjadi bagian penting dalam awal karier musiknya.
Munculnya Bintang Baru dengan Suara yang Berbeda
XXXTentacion mulai dikenal lewat lagu-lagu yang ia unggah di platform SoundCloud, dengan gaya musik yang mentah, emosional, dan sulit dikategorikan — perpaduan hip-hop, emo, hingga metal.
Albumnya yang berjudul “17” (2017) menandai debut besar di industri musik, dengan lagu-lagu yang membahas depresi, kehilangan, dan kesepian.
Album tersebut disambut hangat, terutama oleh pendengar muda yang merasa terhubung dengan kejujuran emosional dalam liriknya.
Dalam waktu singkat, XXXTentacion menjadi suara bagi generasi yang mencari pelarian dari tekanan hidup modern.
Setelah kesuksesan “17”, ia merilis album “?” (2018) yang memperkuat posisinya di industri hip-hop. Setelah kematiannya, dua album lagi — “Skins” (2018) dan “Bad Vibes Forever” (2019) — dirilis secara anumerta, memperpanjang warisannya di dunia musik.












