-
Terbentuk di lautan luas dengan suhu permukaan minimal 26,5°C
-
Memiliki pusat tekanan rendah dengan angin ≥ 119 km/jam
-
Disertai hujan ekstrem, angin kencang, gelombang tinggi, dan potensi banjir bandang
-
Berkembang dalam kategori 1–5 berdasarkan skala Saffir-Simpson
-
Pada kategori tertinggi, mampu merusak bangunan, menumbangkan pepohonan, memutuskan listrik berminggu-minggu, hingga memaksa jutaan warga mengungsi
Oleh karena itu, masyarakat di wilayah rawan—terutama Amerika Serikat bagian tenggara, Karibia, dan Meksiko—sudah terbiasa melakukan protokol persiapan menghadapi badai.
Mengapa Indonesia Tidak Bisa Dilanda Hurricane?
BMKG menegaskan bahwa hurricane tidak bisa terbentuk di Indonesia karena letak geografisnya yang berada tepat di garis khatulistiwa (equator). Di area ini, efek Coriolis sangat lemah sehingga sistem badai tidak dapat berputar dan gagal membentuk struktur hurricane.
Hurricane hanya dapat muncul di wilayah 5°–20° LU/LS, jauh dari garis khatulistiwa.
Walau demikian, Indonesia tetap bisa terdampak fenomena cuaca lain seperti:
-
Siklon tropis di Samudra Hindia atau Pasifik
-
Hujan ekstrem dan banjir
-
Angin kencang atau puting beliung
-
Gelombang tinggi
Dibandingkan hurricane, intensitas fenomena tersebut jauh lebih rendah, tetapi tetap dapat menimbulkan dampak signifikan.
Tetap Waspada Cuaca Ekstrem di Indonesia
Walaupun aman dari hurricane, Indonesia tetap menghadapi ancaman cuaca ekstrem yang dipengaruhi perubahan iklim global. BMKG mengingatkan bahwa curah hujan tinggi, angin kencang, hingga gelombang ekstrem dapat muncul sewaktu-waktu.












