Dari Panggung Lokal ke Global Domination
Sejak saat itu, Yellow Claw menjelma menjadi ikon global. Mereka telah menorehkan lebih dari 1 miliar streams, tampil di festival-festival besar seperti Tomorrowland, Ultra Music Festival, dan EDC Las Vegas, serta berkolaborasi dengan nama-nama besar industri seperti DJ Snake, Steve Aoki, Gucci Mane, Tinashe, Tiësto, A$AP Ferg, dan Juicy J.
Lagu-lagu mereka seperti “DJ Turn It Up,” “Do You Like Bass,” dan “Till It Hurts” masih menjadi pengisi set wajib di klub dan festival hingga kini — simbol betapa kuatnya warisan musik yang mereka bangun sejak satu dekade lalu.
Kebangkitan Trap dan Babak Baru Tur Dunia
Kini, dengan tren trap yang kembali bangkit di kalangan generasi muda, Yellow Claw melihat momentum baru untuk kembali memperkenalkan karya mereka. Setelah sukses menggelar enam pertunjukan besar back-to-back dengan Flosstradamus pada 2024, mereka kini bersiap melanjutkan tur trap besar di Amerika Utara pada Maret 2026.
“Banyak lagu di Blood For Mercy yang jadi pengingat masa-masa kami tumbuh di awal gelombang trap. Dulu kami mulai dari SoundCloud, dan sekarang melihat genre ini bangkit lagi — rasanya seperti lingkaran yang lengkap,” ungkap mereka.
BACA JUGA : Lisa BLACKPINK Resmi Bergabung dengan Wasserman Music, Siap Kembangkan Karier Solo ke Level Global
Lebih dari Sekadar Musik
Selain kekuatan sonik, Yellow Claw juga dikenal karena estetika visual dan performa panggung mereka yang khas. Dengan kombinasi busana elegan dan aransemen live yang sinematik, mereka berhasil menjembatani dunia musik dan hiburan visual.
Kini, di usia satu dekade Blood For Mercy, Yellow Claw tidak hanya merayakan masa lalu, tetapi juga mempertegas posisinya sebagai arsitek trap modern yang terus berevolusi.
Bagi mereka, kebangkitan trap hari ini bukan sekadar nostalgia, melainkan bukti bahwa keberanian mengikuti intuisi kreatif—meski menantang arus utama—selalu memiliki tempat abadi dalam sejarah musik elektronik.***










