“Kaki saya sakit, jadi sangat terbantu,” ucapnya.
Stairlift ini sendiri hanya mampu mengangkut satu orang dengan beban maksimal 150 kg. Alat dikendalikan via remote control dan digerakkan menggunakan baterai.
Maya mengklaim pemasangan stairlift sudah mengacu pada standar Outstanding Universal Value (OUV) dari UNESCO dan tidak merusak struktur batuan candi karena tidak dipaku maupun dibor. Tangga angkut ini juga disebut portabel dan hanya bagian dari rencana lima tahun pengembangan Borobudur.
Salah satu agenda pengembangan tersebut adalah menaikkan kuota pengunjung dari 1.200 menjadi 5.000 orang per hari, meski saat ini masih dibatasi maksimal 150 orang per jam.
BACA JUGA: Tarif Listrik Juni 2025 Tak Naik, Ini Rincian Lengkap untuk Pelanggan Rumah Tangga
Meski diklaim sebagai fasilitas sementara dan ramah akses, keberadaan stairlift di Candi Borobudur justru memicu tanya: untuk siapa sebenarnya fasilitas ini dibangun? Sebab, kenyataannya kini area tersebut tertutup rapat dan tak bisa dijangkau publik.
Ke depan, transparansi dari pihak pengelola dan pemerintah akan sangat dibutuhkan untuk meredam polemik yang terus mengemuka-terutama soal pelestarian warisan budaya dan pengembangan infrastruktur pariwisata.***